Terapi seks adalah salah satu jenis psikoterapi, dengan melakukan terapi ini seseorang bisa menghilangkan kekhawatiran tentang fungsi seksual, perasaan seksual dan juga masalah keintiman. Terapi ini bisa dilakukan secara individual atau dengan pasangan.
Umumnya orang akan merasa canggung atau malu ketika harus membicarakan masalah seksualnya. Namun jika masalah tersebut tidak tertangani dengan baik justru bisa memperburuk hubungan dengan pasangan yang memicu perceraian atau perselingkuhan.
Terapi seks biasanya diberikan oleh psikolog, dokter atau terapis yang memiliki lisensi pelatihan khusus untuk masalah seks dan hubungan. Terapi ini umumnya dilakukan dalam jangka waktu pendek tergantung pada masalah yang dihadapinya.
Seperti dikutip dari Mayo Clinic, Sabtu (1/1/2011) terapi seks bisa membantu menyelesaikan berbagai masalah seksual yang bisa mempengaruhi hubungan dengan pasangan. Seseorang membutuhkan bantuan terapi seks jika memiliki masalah seperti:
- Khawatir tentang hasrat atau gairah seksual
- Khawatir tentang minat atau orientasi seksualnya
- Perilaku seksual kompulsif
- Disfungsi ereksi
- Ejakulasi dini
- Bermasalah dalam hal mencapai orgasme (anorgasmia)
- Nyeri saat berhubungan (dyspareunia)
- Masalah keintiman yang terkait dengan kondisi kronis atau kecacatan
Jika gangguan seksual tersebut sudah mengganggu hubungan dengan pasangan atau menimbulkan rasa ketidaknyamanan, maka seseorang harus membicarakannya dengan terapis. Setelah terapis memahami permasalahan seksual yang dihadapi, maka akan dibahas cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi serta meningkatkan komunikasi dan keintiman.
Jika sudah memiliki pasangan biasanya terapi akan melibatkan pasangan dalam beberapa pertemuan dan memberikan tugas yang harus dilakukan oleh keduanya, yaitu:
- Membaca bersama tentang teknik seksual
- Memperlamat dan fokus pada penginderaan dalam hubungan seksual
- Mengubah cara berinteraksi dengan pasangan saat berhubungan seks.
Sebagian besar masalah seks yang membutuhkan bantuan terapi berkaitan dengan berbagai masalah mendasar seperti stres, kecemasan atau depresi. Meski dalam kasus tertentu disebabkan oleh penyakit kronis, efek samping pengobatan atau efek pasca operasi.
Sumber : detik
No comments:
Post a Comment