Dalam kajiannya, peneliti dari University Alabama di Birmingham melibatkan 5.666 partisipan berusia 45 tahun ke atas, yang dipantau perkembangannya selama tiga tahun. Para peserta tidak memiliki riwayat stroke, serangan iskemik transien, gejala stroke atau risiko tinggi terkait sleep apnea pada awal penelitian. Hasil studi menunjukkan, mereka yang punya kebiasaan tidur kurang dari enam jam setiap hari berisiko lebih tinggi mengidap stroke ketimbang peserta yang tidurnya cukup.
Bahkan risiko stroke di antara peserta yang tidur kurang dari enam jam tercatat lebih tinggi empat kali lipat dibanding mereka yang tidur antara tujuh dampai delapan jam. Risiko ini berlaku bagi mereka yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) normal dan berisiko rendah memiliki gangguan tidur sleep apnea.
"Kami berspekulasi bahwa durasi tidur yang pendek adalah pemicu dari faktor-faktor risiko stroke lainnya. Ketika faktor risiko stroke lainya hadir, mereka kemungkinan menjadi lebih kuat dibandingkan durasi tidur semata ," kata pimpinan studi, Megan Ruiter, PhD.
Penelitian lebih lanjut, lanjut Ruiter, diperlukan untuk mendukung dan memberi argumen yang kuat bagi dokter dalam meningkatkan kesadaran akan buruknya kualitas tidur sebagai faktor risiko stroke, terutama di kalangan mereka yang tak memiliki risiko stroke.
"Tidur dan perilaku yang berhubungan tidur dapat dimodifikasi lewat terapi kognitif atau pemberian obat. Temuan ini mungkin menjadi dasar dalam penggunaan terapi tidur dalam mencegah perkembangan stroke," kata Ruiter yang mempublikasikan risetnya dalam pertemuan tahunan ke- 26 Associated Professional Sleep Societies di Boston.
Sumber : EurekAlert
No comments:
Post a Comment